Rusia Keluar dari Perjanjian Pengendalian Senjata Nuklir dengan AS

OTORITAS.ID//Moskow – Hubungan Amerika Serikat dan Rusia jelang setahun invasi di Ukraina makin panas. Rusia bahkan menangguhkan kerja sama pengendalian senjata nuklir.

Hal tersebut disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin lewat pidato tahunan ibu kota Moskow pada Selasa (22/2). Putin menuduh bahwa AS sengaja mengubah perang di Ukraina menjadi konflik global.

Atas alasan itu Rusia menangguhkan partisipasi dalam perjanjian START baru (Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis).

“Elite Barat tidak bisa menyembunyikan tujuan mereka. Mereka jua tidak bisa menyadari bahwa mustahil mengalahkan Rusia di medan perang,” ucap Putin seperti dikutip dari Reuters.

“Mereka ingin mengubah konflik lokal menjadi konfrontasi skala global. Ini yang kami ketahui dan bagaimana kami bereaksi, karena dalam kasus ini kami berbicara mengenai keberadaan negara kami,” sambung dia.

Sesaat usai Putin menyampaikan pidato, Kemlu Rusia langsung memberikan pernyataan soal Start. Mereka memastikan meski ditangguhkan, Rusia tetap mematuhi pembatasan jumlah senjata nuklir seperti pada perjanjian Start.

Menanggapi penangguhan perjanjian Start, China sebagai salah satu negara pemegang nuklir memberikan komentar. Dubes China untuk PBB Zhang Jun mengatakan, perjanjian START dan instrumen lainnya yang berkaitan sangat penting bagi arsitektur keamanan global.

Perjanjian Start baru akan berakhir pada 2026. Lewat perjanjian ini AS dan Rusia sepakat untuk saling memeriksa senjata nuklir satu sama lain.

(@aher/kumparan.com)

Pos terkait